Kamis, 18 Februari 2016

Review GENAP Nazrul Anwar




Judul: Genap
Pengarang: Nazrul Anwar
Penerbit: Adnara Self-publishing
Tahun: 2015
Cetakan: I
Jumlah Halaman: 165 halaman

“Izinkan aku memulai cerita ini dari sebait akad yang terucap di pelaminan. Sebait akad yang akan mengubah banyak hal, sebait akad yang akan membuat aku dan kamu menjadi kita, sebait akad yang akan membuat kita menjadi sepasang manusia yang saling menggenapi.”

Buku ini dipersembahkan sbg mahar atau mas kawin dari penulis untuk istrinya, di hari pernikahan mereka.

Topik yang selalu menarik untuk dibicarakan seputar perasaan dan cinta. Baca buku ini justru ga makin baper (bawa perasaan) tapi makin tahu kalau kita tidak seharusnya baper berlebih hehee.. Buku ini adalah kumpulan cerita tentang bagaimana proses untuk meng-genap dan juga proses saat sudah meng-genap. Genap di sini adalah Menikah. Sudut pandang buku dari seorang perempuan, namun buku ini juga sangat menarik untuk dibaca kaum adam karna penulisnya pun seseorang laki-laki. Genap tak melulu soal cinta, juga tak sekedar menggenap untuk mjd yang sakinah, mawadah, warrohmah. Tapi meng-genap untuk mendapatkan keberkahan. Karena jika sudah mendapat keberkahan, semua itu akan mengikuti dan yang berkah itu hanya bisa dihasilkan dari proses yang baik..
Hmm..dan setelah membaca bagian ini saya sedang belajar memberi selamat kpd siapapun yg telah meng-genap, semoga pernikahan kalian selalu diberkahi..


Foto: koleksi pribadi


"Aku lebih memilih meninggalkan ketidakpastian dan segera berlari menuju kepastian. Walaupun untuk itu, aku harus menempuh jarak yang cukup jauh. Aku juga tak mengerti kondisi laki-laki sebelum kamu itu dengan menunda-nunda, yang aku tahu, cara terbaik untuk menghadapi ketidakpastian adalah dg memastikannya. Bukan dg asumsi, bukan jiga dg harapan semoga begini semoga begitu atau andaikata begitu. Dan kepastian, aku memutuskan untuk tidak" (halm. 49)

"Dalam banyak hal, kita harus menyesuaikan keinginan kita dg keinginan Alloh. Mungkin sulit. Tapi menerima kehendak Alloh terhadap kita, selalu menjadi pilihan terbaik untuk menjalani kehidupan. Semakin kira menerima, semakin besar ketenangan yg akan kita dapatkan. Semakin kita tidak menerima, semakin susah kehidupan yang akan kita rasakan" (halm. 61)

"Lantas seberapa besar kita boleh berharap?"

"Sebesar kapasitas hati kita untuk menampung rasa kecewa"

"Aku lebih memilih, tak apalah kita berbeda dalam banyak hal, dg keinginan masing-masing, dg cara yang disukai masing-masing. Yang penting kita bisa menerima , yg paling penting kita saling ngerti. Sepertinya lebih mudah daripada harus mencocokkan setiap item. Dulu, aku juga memilih kamu bukan karena kamu perempuan yang paling cocok dg aku, tapi karena kamu yg paling siap untuk menerima" (halm. 72)


Eeaaaa...gmn rasanya kalo ada laki-laki yg bilang gitu ke kamu haii para perempuan hihii...
Nah kaan, ini buku ga cuma buat single aja, tp cocok buat yg udah nikah juga. Yang ternyata kriteria yg dulu diidamkan sebelum menikah ternyata berbeda dengan setelah menikah.. Istilah keren sekarang "realita jauh dari ekspektasi". Hihii ya dibuku ini dijelaskan kenapa kita harus siap menerima. Karena kondisi saat menetapkan kriteria dg setelah menikah itu berbeda. Kondisi saat menetapkan kriteria adalah kondisi saat kita masih sendiri, masih memiliki ego. Sedangkan setelah meng-genap adalah hidup bersama berdua dg segala keinginan yg berbeda-beda..
So,, buku ini rekomended buat yang ingin meng-genap, akan meng-genap dan yang sudah di-genapi..
Yang mau pinjem buku ini juga boleh, karna buku ini ga beredar di gramedia.. Tapii saya lebih suka sama orang yg pinjem buku ketika dikembalikan masih rapi, ga kena minyak, ga terlipat, dan ga kucel hehe..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar