”I feel
alive and I feel strong
I can feel
islam running through my veins
To see my
Muslim brother their purpose all the same
Greeting one
another, exalting one True Name
I truly hope
one day, every one will get the chance
To be
blessed with the greatest honour
Of being
called to Your Noble House
Ooo Alloh I
am waiting for the call
Praying for
the day when I can be near the Kabah Wall”
(Irfan Makki- Waiting for the call)
Ini salah satu cuplikan lirik lagu dari Irfan Makki yang jadi
pengingat saya agar tidak luntur keinginan untuk mengunjungi tanah haram.
Ketika hati muncul keraguan saat keinginan untuk mengunjungi tanah haram biasanya
saya mendengarkan lagu ini. Yaa terkadang keluar sedikit air mata sih hehe.. Entah
rasanya pengen cepet-cepet ke sana.
Bagaimana mendapat panggilan-Nya?
Dulu pertama kali saya diterima menjadi PNS, masih ingat sekali
pesan kakak saya yang juga seorang PNS “Dek,
kamu udah keterima jadi PNS, gajimu sudah lebih dari cukup untuk seorang yang
masih belum berkeluarga, kamu pasti mampu sekali untuk berangkat umroh. Niatkan!
Aku aja bisa masa kamu enggak”.
Pesan itu, saya juga ingin sekali bisa mengunjungi ka’bah,
berdoa lebih dekat dengan-Nya namun seperti belum ada panggilan dari hati kecil
saya. Bagaimana saya bisa mendapat panggilan itu? Saya harus cari dari sisi
mana?
Panggilan Alloh haruskah dicari?
Entahlah panggilan seperti apa yang benar. Apakah ketika hanya
sekedar ingin mengunjungi itu sudah merupakan panggilan? Apakah ketika kita
sedang menghadapi masalah yang berat menurut kita dan kemudian hati ini ingin
lebih dekat dengan-Nya, ingin mengunjungi tanah haram juga termasuk panggilan?
Bukankah sekecil apapun masalah yang kita hadapi seharusnya kita makin dekat
dengan-Nya? Bagaimana panggilan yang benar, agar niat kita lurus karna Alloh?
Saya juga masih belajar untuk itu. Katanya jika kita sudah
mempunyai materi yang cukup untuk berangkat umroh atau haji namun belum
berkeinginan karena alasan belum mendapat panggilan itu akan rugi. Sudah diberi
kenikmatan berupa rejeki yang cukup dan rejeki itu datangnya dari Alloh, masa
tidak mau mendekat ke Alloh? Lalu bagaimana cara kita menghabiskan rejeki itu
dengan baik?
Yang pasti adalah panggilan itu datang ketika saya merasa
mendapat masalah yang berat menurut saya. Apakah karna masalah tersebut, niat
saya untuk berangkat umroh sudah benar? Sudah lurus karna Alloh? Yaah semoga
saja saya tidak salah niat. Saya hanya igin memasrahkan semuanya kepada Alloh
ketika saya merasa tak sanggup lagi. Bukankah kita harus percaya hidup kita
pada-Nya. Apapun pasti akan ada rencana yang terbaik dari-Nya. Jadi jalani saja
dan tetap tak lepas dari doa dan selalu mendekat pada-Nya.
Sejujurnya saya terkadang masih ragu, apakah saya benar-benar
ingin berangkat umroh? Akankah ini bukan pelarian atas diri yang tak sanggup
menghadapi masalah yang ada? Bahan ketika saya sadar diri bahwa sholat saya
belum baik, apalagi bacaan al-quran saya belum benar. Ada sedikit pertanyaan di
dalam hati, pantaskah saya mengunjungi tanah yang suci itu sementara diri ini
belum baik? Ahh,,kemudian saya menampik keraguan saya itu, bukankah Alloh
selalu mempermudah hamba-Nya jika dia ingin merubah dirinya menjadi lebih baik.
Kemudian saya niatkan keinginan saya ini, meminta ijin kepada orang tua, mengutarakan
segala keraguan saya untuk berangkat umroh. Alhamdulillah orang tua saya
mendukung.
Dan setelah survey selama hampir 2 bulan, akhirnya saya beserta
seorang teman memutuskan untuk berangkat umroh di awal april 2016 ini. Dengan
memilih satu agen travel yang menurut kami ini yang terbaik dari yang kami
survey.
Berikut ini cerita mengenai pemilihan agen travel yang kami
pilih.
Baca Juga:
4. Umroh Part 1
5. Umroh Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar